Mengungkap gunung dalam Lombok memang bukan lepas dari Gunung Rinjani. Tapi tahukah Kamu, Pulau Lombok dengan milik Gunung Pengsong yang membuka panorama cantik. Kenyataannya ketika daun-daun berguguran dalam gunung tersebut, pasti terkesima!
Niat pertama cuma berhasrat mengantarkan teman ke peternakan Kambing PE (Peranakan Etawa) pada daerah Parampuan, Pulau Lombok Barat. Kawan saya bermaksud berharap membeli kambing demi persiapan kurban yang jatuh dalam bulan Oktober. Pada perjalanan, kami melewati daerah liburan Gunung Pengsong yang menjadi bagian desa Kuripan Lombok Barat.
Sehabis dari peternakan ke pulang, kami memutuskan mampir menyatroni objek tamasya Gunung Pengsong. Kali semula kami mengujungi objek liburan ini.
Bagi saya Gunung Pengsong terlalu rendah demi disebutkan suatu gunung, dikarenakan ketingggian gunung ini sekedar mencapai 200 mdpl tetapi cukup menguras tenaga demi mencapai puncak tertinggi. Bersyukur, untuk mendaki puncak tertinggi telah disuguhi anak tangga akhirnya terasa terbantu demi mendakinya.
Dengar-dengar, jumlah anak tangga mencapai 200 anak tangga. Komentar lain serta mengatakan terdapat sebanyak 236 anak tangga. Saya juga tidak pernah menghitungnya.
Suguhan liburan yang sukses dinikmati adalah ribuan monyet yang berkeliaran, sejak dari bawah kaki gunung setelah puncak. Sepanjang alternatif akan ditemani oleh segerombolan Kera, juga spesies Macaca fascicularis yang termasuk primata tua endemik Indonesia. Berada di puncak jadi wisata mata paling baik seusai kaki lelah mendaki.
Di puncak Gunung Pengsong berdiri bagunan Pura yang menjadi lokasi sembahyang rakyat Hindu. Nah, Pura tersebut diyakini jadi Pura tertua pada Lombok adalah warisan dari kerajaan Karangasem Bali. Dari puncak gunung, kita mampu memanfaatkan pemandangan hamparan sawah, batas laut serta darat, bahkan bangunan-bangunan yang menghiasai Pulau Lombok Barat.
Selain berhasil menghadapi juga segerombolan Kera serta menikmati pemandangan dari puncak Pengsong, suatu yang wajib mengagumkan kepada saya sebagai menggunakan daun-daun yang berguguran dari pepohonan gunung ini. Ya, saya rasa kami asal di kondisi yang ampuh, saat musim bertensi tinggi diatas Gunung Pengsong.
Memakai hamparan daun coklat lewat alamiah. Pohon-pohon tersebut menggugurkan daunnya demi memangkas keperluan air di memenuhi keperluan hidupnya. Apik, amat indah! hamparan coklat tersebut sangat natural.
Saya takjub, karena pada hari libur biasanya saya habiskan demi menikmati laut biru Pulau Lombok. Ternyata Lombok bukan sangat biru, ketika season sengit tiba, waktunya gemerlap coklat menghiasi Lombok tercinta.
Pada akhirnya, pada duduk saya menonton daun yang terus berguguran sambil mengingat suatu ayat dalam kitab Al-Qur’an, “Bahkan daun yang jatuh-pun bersua kehendak-Nya,”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar